view your search

Jumat, 16 November 2012

Candi Tikus Mojopahit



Candi ini terletak di kompleks Dusun Denuk Desa Temon Trowulan Mojokerto, sekitar 13 km di sebelah tenggara kota Mojokerto. Dari jalan raya Mojokerto-Jombang, di perempatan Trowulan, membelok ke timur, melewati Kolam Segaran dan Candi Bajangratu yang terletak di sebelah kiri jalan. Candi Tikus juga terletak di sisi kiri jalan, sekitar 600 m dari Candi Bajangratu.

Sejarah

Candi Tikus yang semula telah terkubur dalam tanah ditemukan kembali pada tahun 1914. Penggalian situs dilakukan berdasarkan laporan bupati Mojokerto, R.A.A. Kromojoyo Adinegoro, tentang ditemukannya miniatur candi di sebuah pekuburan rakyat. Pemugaran secara menyeluruh dilakukan pada tahun 1984 sampai dengan 1985. Nama ‘Tikus’ hanya merupakan sebutan yang digunakan masyarakat setempat. Konon, pada saat ditemukan, tempat candi tersebut berada merupakan sarang tikus.
Belum didapatkan sumber informasi tertulis yang menerangkan secara jelas tentang kapan, untuk apa, dan oleh siapa Candi Tikus dibangun. Akan tetapi dengan adanya miniatur menara diperkirakan candi ini dibangun antara abad ke-13 sampai ke-14 M, karena miniatur menara merupakan ciri arsitektur pada masa itu.

 Bangunan

Bentuk Candi Tikus yang mirip sebuah petirtaan mengundang perdebatan di kalangan pakar sejarah dan arkeologi mengenai fungsinya. Sebagian pakar berpendapat bahwa candi ini merupakan petirtaan, tempat mandi keluarga raja, namun sebagian pakar ada yang berpendapat bahwa bangunan tersebut merupakan tempat penampungan dan penyaluran air untuk keperluan penduduk Trowulan. Namun, menaranya yang berbentuk meru menimbulkan dugaan bahwa bangunan candi ini juga berfungsi sebagai tempat pemujaan.
Bangunan Candi Tikus menyerupai sebuah petirtaan atau pemandian, yaitu sebuah kolam dengan beberapa bangunan di dalamnya. Hampir seluruh bangunan berbentuk persegi empat dengan ukuran 29,5 m x 28,25 m ini terbuat dari batu bata merah. Yang menarik, adalah letaknya yang lebih rendah sekitar 3,5 m dari permukaan tanah sekitarnya. Di permukaan paling atas terdapat selasar selebar sekitar 75 cm yang mengelilingi bangunan. Di sisi dalam, turun sekitar 1 m, terdapat selasar yang lebih lebar mengelilingi tepi kolam. Pintu masuk ke candi terdapat di sisi utara, berupa tangga selebar 3,5 m menuju ke dasar kolam.
Di kiri dan kanan kaki tangga terdapat kolam berbentuk persegi empat yang berukuran 3,5 m x 2 m dengan kedalaman 1,5 m. Pada dinding luar masing-masing kolam berjajar tiga buah pancuran berbentuk padma (teratai) yang terbuat dari batu andesit.
Tepat menghadap ke anak tangga, agak masuk ke sisi selatan, terdapat sebuah bangunan persegi empat dengan ukuran 7,65 m x 7,65 m. Di atas bangunan ini terdapat sebuah ‘menara’ setinggi sekitar 2 m dengan atap berbentuk meru dengan puncak datar. Menara yang terletak di tengah bangunan ini dikelilingi oleh 8 menara sejenis yang berukuran lebih kecil. Di sekeliling dinding kaki bangunan berjajar 17 pancuran (jaladwara) berbentuk bunga teratai dan makara.
Hal lain yang menarik ialah adanya dua jenis batu bata dengan ukuran yang berbeda yang digunakan dalam pembangunan candi ini. Kaki candi terdiri atas susunan bata merah berukuran besar yang ditutup dengan susunan bata merah yang berukuran lebih kecil. Selain kaki bangunan, pancuran air yang terdapat di candi inipun ada dua jenis, yang terbuat dari bata dan yang terbuat dari batu andesit.
Perbedaan bahan bangunan yang digunakan tersebut menimbulkan dugaan bahwa Candi Tikus dibangun melalui tahap. Dalam pembangunan kaki candi tahap pertama digunakan batu bata merah berukuran besar, sedangkan dalam tahap kedua digunakan bata merah berukuran lebih kecil. Dengan kata lain, bata merah yang berukuran lebih besar usianya lebih tua dibandingkan dengan usia yang lebih kecil. Pancuran air yang terbuat dari bata merah diperkirakan dibuat dalam tahap pertama, karena bentuknya yang masih kaku. Pancuran dari batu andesit yang lebih halus pahatannya diperkirakan dibuat dalam tahap kedua. Walaupun demikian, tidak diketahui secara pasti kapan kedua tahap pembangunan tersebut dilaksanakan

  +++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

The temple complex is situated in the hamlet Denuk Trowulan Mojokerto Temon village, about 13 kms south-east of Mojokerto. From the highway Mojokerto-Jombang, at the intersection Trowulan, turned east, passing Swimming Segaran and Bajangratu temple located on the left side of the road. Rat Temple is also located on the left side of the road, about 600 meters from the temple Bajangratu.History
"Candi Tikus" which was originally buried in the soil was found back in 1914. The excavation site is based on reports Mojokerto regent, RAA Kromojoyo Adinegoro, about the discovery of a miniature temple in the cemetery of the people. Thorough restoration done in 1984 through 1985. The name 'Rat' is a term used only the local community. It is said that, when found, where the temple is located is a rat's nest.
Has not obtained written information sources clearly explain about when, what, and by whom "Candi Tikus" was built. However, with the expected tower miniature temple was built between the 13th century up to the M-14, for miniature tower is characteristic architecture of that period.
 
Building
Forms "Candi Tikus" is like a petirtaan invite debate among scholars of history and archeology of the function. Some experts argue that this temple is petirtaan, bathing the royal family, but some experts have argued that the building was a shelter and distribution of water for residents Trowulan. However, meru shaped tower suggests that this temple also serves as a place of worship.
Building "Candi Tikus" resembles a petirtaan or baths, a pool with several buildings inside. Most of the buildings or rectangular with size 29.5 mx 28.25 m was made of red brick. Interestingly, the lower is located about 3.5 m above the surrounding ground. On the top surface there are about 75 cm wide corridor that surrounds the building. On the inner side, down about 1 m, there is a wider corridor surrounds the pool. The entrance to the temple is on the north side, a 3.5 m wide staircase leading to the bottom of the pool.
On the left and right foot of the stairs there is a rectangular-shaped pool measuring 3.5 mx 2 m with a depth of 1.5 m. On the outside wall of each pond lined three lotus-shaped shower (lotus) made of andesite stone.
Right facing the stairs, just inside the south side, there is a rectangular building with a size of 7.65 mx 7.65 m. In the building there is a 'tower' of about 2 m tall with a roof shaped meru with a flat top. The tower is located in the center of the building is surrounded by 8 towers of similar size smaller. At around the 17 foot wall lined shower building (jaladwara) and makara-shaped lotus.
Another interesting point is the existence of two types of bricks of different sizes are used in the construction of this temple. Foot of the temple consists of a large arrangement of red brick covered with an array of red bricks smaller. Besides foot building, located in the fountain even this temple there are two types, made of brick and stone andesite.
The difference in the materials used suggests that "Candi Tikus" was built through the phases. In the first phase of construction of the temple's foot used large red brick, while the second stage used a smaller red brick. In other words, the red brick larger size is older than the age of the smaller ones. Fountain made of red bricks in the first phase is expected to be made, because its still stiff. Shower of andesite finer sculpture was made in the second phase is expected. However, it is not known exactly when the second phase of construction is carried out.

 

PENGEN BISNIS ONLINE

 

 

Keyword : majapahit, mojopahit, tourism, pariwisata, candi 


0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Favorites More